Dia
tersenyum, apakah sudah pasti dia bahagia?
Dia
tertawa, apakah sudah pasti dia sangat sangat bahagia?
Dia
terlihat murung, apakah sudah pasti dia tidak bahagia?
Dia menangis meraung,
apakah sudah pasti dia sangat tidak bahagia?
Terkadang apa yang
terlihat oleh mata, belum tentu sama dengan yang terjadi dalam hati. Seperti itu
pula kebahagiaan. Apakah kebahagiaan dapat diukur dengan ekspresi wajah yang
terlihat? Belum tentu. Bukankah ada orang yang menutupi kesedihannya dengan
senyuman ataupun keceriaan?
Sampai saat ini belum ada
alat ukur pasti kebahagiaan. Tidak ada ada definisi yang jelas tentang
kebahagiaan. Karena jika setiap orang ditanya tentang apa yang membuatnya
bahagia, maka jawabannya berbeda-beda. Seperti layaknya kebanyakan jawaban anak
jurusan Psikologi, yaitu ‘tergantung’.
Orang yang kelaparan,
bisa jadi sumber kebahagiaannya adalah makanan. Orang yang kekurangan harta,
bisa jadi sumber kebahagiaannya adalah harta kekayaan. Orang yang sedang sakit,
bisa jadi sumber kebahagiaannya adalah kesehatan. Orang yang memiliki latar
belakang broken home, bisa jadi
sumber kebahagiaannya adalah keluarga yang harmonis. Ya, sumber kebahagiaan
setiap orang berbeda-beda.
Namun, tidak selamanya
hal di atas pasti terjadi. Tidak selamanya sumber kebahagiaan berasal dari
sesuatu yang kita ‘tidak punya’. Di luar sana, masih banyak orang yang
kekurangan harta, kekurangan makanan, atau memiliki fisik yang tidak sempurna,
tidak memiliki keluarga yang utuh, namun mereka tetap bahagia. Mereka tetap
bisa tersenyum menikmati hidup. Sementara di sisi lain, ada orang yang memiliki
harta berlimpah tapi tidak bahagia, ada yang diberi kesehatan tapi tidak
menjaga kesehatannya dengan baik, ada yang memiliki keluarga utuh tapi tidak
saling menjaga.
Lalu,
apa sebenarnya kebahagiaan itu?
Dalam KBBI, kebahagiaan
didefinisikan dengan kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin);
keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin. Dari definisi ini, kita mungkin
bisa menyoroti pada kondisi lahir dan ‘batin’. Ya, sejalan dengan kondisi
batin. Orang yang bahagia tidak hanya dapat diukur dengan ekspresi wajahnya
yang tersenyum ataupun tertawa lebar, karena batin kita pun harus merasakan
kebahagiaan tersebut. Bahagia menjadi sulit diukur karena batin kita bukanlah
hal yang bisa kita observasi secara langsung.
Kebahagiaan bergantung
pada ‘nilai’ apa yang kita miliki. Nilai adalah segala sesuatu yang kita anggap
penting. Misalnya, jika seseorang memiliki nilai kejujuran. Ia akan bahagia
jika ia bisa jujur dalam situasi apapun. Ia tidak akan bahagia jika mendapat
nilai memuaskan dalam ujian, tetapi hasil dari perilaku mencontek. Namun ia
bisa tetap bahagia meskipun mendapat nilai kurang bagus tetapi hal itu
merupakan hasil usahanya sendiri semaksimal yang ia mampu.
Oleh karena itu,
milikilah nilai yang tidak dapat diukur, tidak sekadar materi yang dapat
terlihat. Terkadang kita tidak bahagia, karena kita salah membandingkan. Kita salah
membandingkan diri kita dengan orang yang memiliki hal yang kita ‘tidak punya’,
dan hal yang kita ‘tidak punya’ itu merupakan sesuatu yang dapat diukur dalam
angka. Cobalah kita membandingkan diri kita dengan orang lain bukan dari segi
harta yang ia miliki, bukan dari segi penampilan fisik yang terlihat, bukan
pula dari seberapa banyak followers-nya,
nah lho. Tapi bandingkan diri kita dengan orang lain dari seberapa banyak
kebaikan yang telah diperbuat, seberapa banyak diri kita bermanfaat untuk
lingkungan sekitar, dan seberapa baik kualitas akhlak kita.
Di luar sana masih ada
orang yang kekurangan harta namun dapat melanjutkan pendidikan, masih ada orang
dengan fisik tak sempurna namun tetap berprestasi, dan masih ada orang yang
berasal dari keluarga tak ideal namun pada akhirnya bisa membangun keluarga
strategis. Semua ini tergantung pada pilihan kita, fokus kepada apa yang kita ‘tidak
punya’ dan menjadikannya penyebab ketidakbahagiaan kita, atau memilih fokus
kepada apa yang kita ‘punya’ dan memaksimalkannya sehingga membuat kita lebih
bersyukur?
“Orang yang benar-benar bahagia adalah ia yang
tidak mengejar kebahagiaan.”
Semoga apa yang membuat kita bahagia adalah sesuatu yang
bernilai dan tak terhingga, sehingga kebahagiaan kita pun tak terhingga.