“Tidaklah aku diutus ke semesta kecuali untuk
menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)
‘Aisyah
r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW., maka beliaupun menjawab, “Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh
yang ada dalam) Al-Qur’an.”
Salah satu contoh akhlak Al-Qur’an adalah mampu
menahan marah saat emosinya bergejolak dan memaafkan kesalahan orang lain.
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang lain.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran : 133-134)
Ini dibuktikan oleh Rasulullah SAW. dan kisah beliau bersama
seorang pengemis Yahudi yang buta. Pengemis tersebut selalu mengatakan di sudut
pasar “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan
dipengaruhinya.”
Rasulullah SAW. selalu mendatangi pengemis tersebut
setiap pagi. Namun, bukan untuk membalasnya, melainkan memberikannya makanan.
Bahkan, Rasulullah SAW. selalu menyuapi sang pengemis tanpa berkata-kata.
Kebiasaan tersebut berlangsung hingga Rasulullah SAW. wafat. Hingga akhirnya
digantikanlah kebiasaan itu oleh Abu Bakar r.a. Sang pengemis menyadari bahwa
yang menyuapinya adalah orang yang berbeda, karena Rasulullah SAW. selalu
menghaluskan terlebih dahulu makanan yang akan diberikan sehingga sang pengemis
lebih mudah untuk mengunyahnya.
Sang pengemis bertanya kepada Abu Bakar, “siapakah
kamu?” Seraya menangis, Abu Bakar menjawab, “aku memang bukan orang yang biasa
datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang mulia itu telah
tiada. Ia adalah Rasulullah Muhammad SAW.” Pengemis itu pun ikut menangis
seraya berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya,
memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sediktpun, ia mendatangiku dengan
membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.” Di hadapan Abu Bakar, akhirnya
pengemis Yahudi buta tersebut bersyahadat.
MasyaAllah, luar biasanya akhlak Rasulullah SAW. Lalu,
apa jadinya kita bila dihadapkan pada situasi tersebut? Barangkali kita sudah
marah, tak sudi rasanya berbuat baik kepada orang yang terus-menerus menghina
kita padahal orang tersebut tidak mengenal kita dengan baik, atau bahkan bisa
saja kita meracuni makanan tersebut karena dendam. Tapi begitulah Rasulullah
dan akhlak Al-Qur’annya yang mulia.
Islam mengatur semua aspek dalam kehidupan, termasuk
bagaimana kita bersikap dan bertingkah laku. Islam mengatur bagaimana kita
berakhlak kepada Allah, kepada manusia, juga kepada alam sekitar. Aturan
tersebut tidak lain dimaksudkan agar manusia tetap berada dalam koridor
kebaikan.
Akhlak kepada Allah dapat kita buktikan dengan
mentauhidkan-Nya, hanya beribadah kepada-Nya, dan semua yang kita lakukan
ikhlas karena Allah SWT. Dengan begitu, kita hanya melihat Allah dalam segala
maksud dan tujuan kegiatan kita. Kita tidak akan kecewa bila manusia tidak
melihat pekerjaan kita, karena hanya Allah yang dituju, hanya penilaian Allah
yang kita perhatikan. Sikap seperti ini akan membuat kita memiliki mental yang
kuat, tidak sombong karena pujian, tidak kecewa karena hinaan. Selalu berani
selama kita berada dalam jalan kebenaran, tentunya apa yang benar menurut Islam,
bukan pembenaran menurut kita sendiri.
Islam juga mengatur bagaimana kita berakhlak kepada
manusia. Seperti birrul walidain
(berbakti kepada orang tua), berbuat baik kepada tetangga, berlaku adil kepada
siapapun, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar. Diizinkan Allah untuk bisa memasuki surganya memang sangat
membahagiakan. Tetapi lebih bahagia lagi bila kita dapat masuk ke dalam
jannah-Nya secara beramai-ramai, karena saling ber-amar ma’ruf nahi munkar sewaktu
di dunia. Sementara itu, jikalau ada orang lain yang berbuat tidak baik kepada
kita, maka balaslah dengan kebaikan, dengan senjata akhlakul karimah.
“Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu
dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia.” (Q.S. Fushilat : 34)
Akhlak kepada alam sekitar juga harus kita perhatikan.
Salah satu nikmat yang Allah berikan kepada manusia adalah dengan menundukkan
alam agar dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dari mulai hewan yang diambil daging,
susu, dan tenaganya, tanam-tanaman untuk makanan dan obat-obatan, serta sumber
daya alam lain yang dapat dijadikan sumber energi. Maka sudah sepantasnya kita
berkasih sayang kepada makhluk Allah lainnya, kepada binatang dan
tanam-tanaman, serta menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Semoga kita tidak
termasuk orang-orang yang tidak disukai Allah karena berbuat kerusakan di muka
bumi.
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qasas : 77)
Mempraktikkan akhlak mulia sesuai ajaran Islam
insyaAllah bisa mengantarkan kita pada derajat sebaik-baik manusia.
“Sebaik-baik
kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari 6035)
Semoga kita bisa membuat bumi Allah ini lebih nyaman
untuk ditinggali dengan teduhnya akhlak mulia yang diajarkan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah SAW.
Referensi :
·
Mujilan, dkk.
2008. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Agama Islam, Membangun Pribadi Muslim Moderat. Jakarta : Midada
Rachma Press.
· Rauf, A. A. A.
2011. Tarbiyah Syakhsiyah Qur’aniyah. Jakarta
: Haqiena Media, Markaz Al-Qur’an.